PENDAHULUAN
Latar Belakang
Latar Belakang
Mulyasa (2004:vi) menyatakan bahwa pendidikan harus diletakkan pada 4 (empat) pilar, yaitu: belajar mengetahui, belajar melakukan, belajar hidup dalam kebersamaan, dan belajar menjadi diri sendiri.
Pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan secara sadar oleh si pendidik tehadap siswa untuk mengembangkan potensinya, baik jasmani maupun rohani, supaya mereka menjadi lebih dewasa dalam kehidupannya seperti dalam rasa keutaman, kesopanan, rasa ikhlas, rasa jujur dan lain sebagainya.
Pendidikan bukan hanya menyampaikan keterampilan yang sudah dikenal, akan tetapi harus dapat meramaikan berbagai jenis keterampilan dan kemampuan yang akan datang, sekaligus menemukan cara yang cepat dan tepat supaya dapat diketahui oleh siswa.
Mengingat sangat pentingnya pendidikan itu bagi kehidupan bangsa dan negara, maka hampir seluruh negara di dunia ini menangani secara langsung masalah-masalah yang berhubungan dengan pendidikan. Dalam hal ini masing-masing negara itu menentukan sendiri dasar dan tujuan pendidikan di negaranya. Masing-masing bangsa mempunyai pandangan hidup sendiri-sendiri, yang berbeda satu dengan yang lain.
Pandangan Al-Qur’an tentang pentingnya pendidikan dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Surat Al-Alaq Ayat 1-5:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَق.خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَق.اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَم.الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَم.عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ. (العلق:1-5)
Artinya : Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah dan tuhanmulah yang paling permurah, Yang mengajarkan manusia dengan perantara kalam, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (Depag RI, 1998: 1079).
Berdasarkan Firman Allah di atas, jelas sekali kedudukan dan posisi pendidikan dalam kehidupan manusia yang harus dijadikan perhatian yang serius, sehingga bisa dijadikan sebagai suatu kebutuhan dalam kehidupan, bukan hanya sekedar sebagai kewajiban semata.
Dalam era globalisasi dan pasar bebas, manusia dihadapkan pada perubahan-perubahan yang tidak menentu. Ibarat nelayan di lautan lepas yang dapat tersesat, jika tidak memiliki kompas sebagai pedoman untuk bertindak dan mengarunginya. Hal tersebut telah mengakibatkan hubungan yang tidak lancar antara pendidikan dengan lapangan kerja, karena apa yang terjadi dalam lapangan kerja sulit diikuti oleh dunia pendidikan, sehingga terjadi kesenjangan.
Sukmadinata (2004:179), menyatakan bahwa aktifitas dan produk yang dihasilkan dari aktifitas belajar mendapatkan penilaian tidak hanya dilakukan secara tertulis, tetapi juga secara lisan dan perbuatan.
Tuan Guru atau Kyai merupakan salah satu posisi yang sakral bagi kalangan beberapa masyarakat di tanah air. Peran dan kebijaksanaan yang bersumber dari seorang Tuan Guru kerap kali menjadi panutan yang sulit untuk ditandingi. Kesakralan posisi Tuan Guru menjadi sebuah fenomena, mengingat orang-orang yang berposisi sebagai Tuan Guru bukanlah manusia kebanyakan, tetapi melalui proses seleksi alam yang dilakukan oleh masyarakat dimana sang Tuan Guru berada.
Tuan Guru atau Kyai menduduki posisi sentral dalam masyarakat Islam pedesaan, sehingga mampu melakukan tindakan kolektif jika diperlukan. Dia mengambil peran sebagai poros hubungan antara umat dengan Tuhan. Ajaran agama yang merupakan wahana menuju Tuhan akan disampaikan oleh seorang Tuan Guru kepada masyarakat yang ada di sekitarnya.
Pada pandangan sebagian besar pengikutnya, Tuan Guru adalah contoh muslim yang ideal yang ingin mereka capai. Dia seorang yang dianugerahi pengetahuan dan Rahmat Tuhan.
Almarhum TGH. Ibrahim Al-Khalidy merupakan Tuan Guru yang mempunyai pengaruh cukup besar dalam perkembangan masyarakat di Desa Kediri khususnya dan pulau Lombok pada umumnya. Karakteristik keperibadiannya sebagai seorang Tuan Guru menjadi begitu kental, karena dalam mensosialisasikan ajaran Islam, Almarhum TGH. Ibrahim Al-Khalidy dikenal sebagai tokoh kharismatik dan berwibawa saat itu. Beliau memiliki jiwa kemanusiaan yang selalu diarahkan kepada perubahan sosial, khususnya dalam bidang agama. Perhatian yang cukup dalam pada aspek perubahan masyarakat yang lebih religius menjadi satu patokan dalam melaksanakan cita-cita mereka.
Setidaknya bagi masyarakat di Desa Kediri, kehadiran Almarhum TGH. Ibrahim Al-Khalidy semasa hayatnya dirasakan betul sebagai figur yang kharismatik, jujur dan mempunyai jasa besar dalam pengembangan pendidikan Islam. Dari ketokohan mereka, mereka tetap dikenang dan diingat oleh para santrinya.
Almarhum TGH. Ibrahim Al-Khalidy memulai cita-citanya dalam mengembangkan pendidikan dengan mengadakan pengajian di sekitar tempat tinggalnya, kemudian meluas seiring terkenalnya beliau berdua sebagai salah satu figur saat itu, bahkan bukan hanya di Desa Kediri saja, melainkan sudah meluas sampai di luar wilayah Desa Kediri.
Sepak terjang Almarhum TGH. Ibrahim Al-Khalidy berkelanjutan sampai didirikannya Pondok Pesantren Al-Ishlahuddiny dengan segenap kemegahannya. Beliau berdua tetap dikenang sebagai seorang tokoh panutan dan menjadi rujukan masyarakat untuk mengembangan pendidikan terutama pendidikan agama, sehingga tidak heran jika Pondok Pesantren tersebut bisa bertahan hingga kini.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian ini yaitu “Usaha Almarhum TGH. Ibrahim Al-Khalidy dalam Pengembangan Pendidikan di Pondok Pesantren Al-Ishlahuddiny Kediri Lombok Barat”.
Untuk mendapatkan file lengkap dalam bentuk MS-Word, (bukan pdf) silahkan klik Cara Mendapatkan File atau klik disini
Post a Comment